Upacara-upacara
besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak
sebesar sebelumnya). Walaupun mereka menerima Agama
Kristen, banyak diantara upacara-upacara mereka masih bercorak budaya
lama yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Suku Dani percaya
terhadap rekwasi. Seluruh upacara keagamaan diiringi dengan Nyanyian,
tarian dan persembahan terhadap nenek moyang mereka. Upacara peperangan
dan permusuhan biasanya melintasi daerah perbatasan, wanita, pencurian
babi dan masalah-masalah kecil lainnya. Para prajurit memberi tanda juga
terhadap mereka sendiri dengan babi lemak, kerang, bulu-bulu, kus-kus,
sagu rekat, getah dari pohon mangga dan bunga-bungaan, mempersenjatai
diri sendiri dengan tombak, busur dan anak panah.
Di
dalam masyarakat Suku Dani jika salah seorang menjadi manusia buangan
karena melanggar tabu, ia biasanya dihina/ diejek oleh warga yang lain
pada pertemuan adat, ia harus membayar denda. Sambil mereka bekerja di
ladang atau pergi berburu mereka bernyanyi expresi heroic atau kisah
yang menyedihkan. Alunan suara dari lagu itu mendorong mereka dalam
bekerja, alat-lat musik yang mengiringi lagu disebut “Pikon”. Sepanjang
perjalanan berburu. “Pikon” diselipkan kedalam lubang yang besar
dikuping telinga mereka. Dengan Pikon tanda isyarat dapat dikirim dengan
berbagai suara yang berbeda selama berburu untuk memberi isyarat kepada
teman atau lawan di dalam hutan. Berbeda warga memiliki suara Pikon,
hanya dapat dikenal didalam suku mereka sendiri.
Penduduk
di daerah Jayawijaya sebagian besar Pemeluk agama Kristen dan lainnya
agama Islam, tetapi beberapa penduduk yang berada di tempat yang lebih
terpencil di daerah bukit-bukit masih berpegang teguh kepada kepercayaan
yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Sesuai artikel yang anda sudah baca ....Admin Terimakasih atas anda bersedia membaca artikel IP_MAMI SULUT di Kota Studi Manado.