Home » » Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pegunungan Tengah Papua

Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pegunungan Tengah Papua

Written By Unknown on Rabu, 21 Agustus 2013 | 21.17

Pada umumnya kabupaten Jayawijaya dan umumnya kabupaten pemekaran hidup dengan bertani, berkebun dan berternak. Salah satu hasil pertanian yang terkenal berupa ubi jalar (hipere) dan juga sayur – sayuran sedangkan beberapa tanaman yang mereka tanam seperti kopi, coklat, buah merah dll. Selain itu ada pula madu dan sarang semut yang terkenal memiliki khasiat dalam menyembuhkan penyakit. Di daerah ini masih banyak orang yang mengenakan “koteka” (penutup penis) yang terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan pakaian “wah” berasal dari rumput/serat dan tinggal di “Honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang).
Upacara-upacara besar dan  keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya). Walaupun mereka menerima Agama
Kristen, banyak diantara upacara-upacara mereka masih bercorak budaya lama yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Suku Dani percaya terhadap rekwasi. Seluruh upacara keagamaan diiringi dengan Nyanyian, tarian dan persembahan terhadap nenek moyang mereka. Upacara peperangan dan permusuhan biasanya melintasi daerah perbatasan, wanita, pencurian babi dan masalah-masalah kecil lainnya. Para prajurit memberi tanda juga terhadap mereka sendiri dengan babi lemak, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah dari pohon mangga dan bunga-bungaan, mempersenjatai diri sendiri dengan tombak, busur dan anak panah.

Di dalam masyarakat Suku Dani jika salah seorang menjadi manusia buangan karena melanggar tabu, ia biasanya dihina/ diejek oleh warga yang lain pada pertemuan adat, ia harus membayar denda. Sambil mereka bekerja di ladang atau pergi berburu mereka bernyanyi expresi heroic atau kisah yang menyedihkan. Alunan suara dari lagu itu mendorong mereka dalam bekerja, alat-lat musik yang mengiringi lagu disebut “Pikon”. Sepanjang perjalanan berburu. “Pikon” diselipkan kedalam lubang yang besar dikuping telinga mereka. Dengan Pikon tanda isyarat dapat dikirim dengan berbagai suara yang berbeda selama berburu untuk memberi isyarat kepada teman atau lawan di dalam hutan. Berbeda warga memiliki suara Pikon, hanya dapat dikenal didalam suku mereka sendiri.
Penduduk di daerah Jayawijaya sebagian besar Pemeluk agama Kristen dan lainnya agama Islam, tetapi beberapa penduduk yang berada di tempat yang lebih terpencil di daerah bukit-bukit masih berpegang teguh kepada kepercayaan yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka.
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Sesuai artikel yang anda sudah baca ....Admin Terimakasih atas anda bersedia membaca artikel IP_MAMI SULUT di Kota Studi Manado.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. IPMAMI SULUT - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger