IP_MAMI-SULUT Sebelum mengenal era revormasi bagi masyarakat Papua, pakaian tradisional yang sering digunakan atau sering menutub alat kelamin adalah koteka dan cawat. Koteka adalah pakaian bagi kaum laki- laki dan cawat merupakan pakaian kaum wanita. Kedua pakaian ini merupakan pakaian tradisional bagi orang Papua. Jika tidak heran, orang Papua biasa mengatakan “anak- anak Papua adalah anak – anak koteka dan cawat”. Rata- rata anak – anak asli Papua mengatakan atau menyebut pernyataan tersebut karena mengingat orang tua mereka dan itu sebagai tradisi yang diwariskan secara turun temurun semenjak penciptaan. Seketika Anda bertanya apa itu koteka dan cawat? Mereka akan menjawab seperti demikian “ itu adalah pakaian tradisional bagi bangsa Papua”. Jawaban ini tidak salah.
Jika
kita mengamati secara keseluruhan tentang bentuk dan jenis kedua pakaian
tradisional ini sangat berbeda- beda di setiap suku yang ada di Tanah Papua.
Oleh karena itu, objek yang diceritakan ini merupakan koteka dan cawat yang ada
di Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Koteka
atau masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang sering disebut Okbul. Okbul yang
ada di Pegunungan Bintang tidak beda dengan okbul yang ada di Papua lainya.
Hanya saja, bentuk atau jenis okbul itulah yang menjadi letak perbedaanya. Demikian
pula cawat atau unom. Cawat atau unom yang ada di Pegunungan Bintang bentuk dan
cara menganjamnnya sama, tetapi jenis bahanya beda- beda.
Koteka
atau Okbul yang ada di Kabupaten Pegunungan Bintang bentuknya panjang dan tidak
terlalu besar. Sementara itu, koteka yang ada di Papua lain bentuknya besar dan pendek.
Koteka
yang ada di Pegunungan Bintang ada dua jenis. Kedua jenis ini adalah koteka
berjenis panjang dan berjenis pendek. Berjenis panjang ini fungsinya adalah
memakai dan menari tarian adat. Seperti tarian oksang, jimne, bar, jambir.
Selanjutnya okbul yang berjenis panjang ini sering disebut sebuah alat
perhiasan atau sebuah aksesoris untuk menghias dan menari atau dangsa tari –
tarian adat.
Sementara
itu, kobul yang berjenis pendek ini fungsinya memakai untuk tinggal, untuk
kerja atau untuk melakukan aktivitas sehari – hari. Jika ditanya ko bisa ya, pake koteka lalu
kerja atau jalan ke tempat tetangga atau ke tempat- tempat hiburan? “ ya”.
Demikan
pun unom atau cawat. Cawat atau unom yang ada di Kabupaten Pegunungan Bintang
ada dua jenis. Kedua jenis tersebut adalah cawat berbentuk panjang dan
berbentuk pendek. Fungsi dari kedua pakaian tradisi ini sama, yaitu cawat yang
berbentuk panjang memakai dan menari atau berdangsa berbagai tarian adat.
Sementara itu, cawat berbentuk pendek ini memakai dan melakukan berbagai
aktivitas sehari- hari.
Bahan
dari kedua jenis pakaian tradisional ini sering tanam. Okbul atau pakaian untuk
laki – laki biasa tanam di tempat yang sering disebut “sikin”. Sikin merupakan
sarang semut merah dan atau semut hitam. Karena tanaman ini ia tidak cocok
tumbuh di lahan yang basah atau kering. Oleh karena itu, pegunungan Pegunungan
Bintang banyak terdapat sarang semut di hutan- hutan belantara.
Sedangkan,
tanaman unom atau cawat biasa tanam di tempat- tempat basah. Tetapi kebanyakan
tanaman ini biasa tanam di pinggir kolam malam atau di pingir kolam ikan.
Proses
pembuatan untuk menjadi pakaian adalah seperti demikian. Setelah mereka menanam
biji okbul di tempat atau di sarang semut (sikin), selanjudnya mereka akan
rawat sampai tua. setelah tua, tahap berikutnya mereka akan petik dan mulai
masak atau kubur di abu api yang panas dan selanjudnya mereka akan keluarkan
biji okbul dan akan keringkan diatas bara api atau basin. Lama pengeringannya
sekitar satu bulan bahkan dua bulan. Tahap selanjunya, mereka akan gosok
menggunakan pisau atau alat tajam lainya. Akhirnya menjadi sebuah pakaian yang
siap dipakai untuk menutup alat kelamin atau bahan yang siap dipakai.
Proses
yang dilakukan untuk buat cawat atau unom juga seperti demikian. Setelah mereka
tanam di pinggir kolam malam atau kolam ikan, selanjudnya mereka akan rawat.
Setelah sudah tua, selanjutnya mereka akan cabut dan keringkan di serambi
rumah. Jangka waktu pengeringan bahan ini adalah 3 minggu sampai 4 minggu. Setelah sudah kering, tahap berikutnya adalah
proses pembuatan mejadi pakaian yang siap digunakan atau mengenakan.
Proses
penjahitan pakaian tradisional ini adalah tali dan unom (cawat). Cara jahitnya
sama seperti jahit tikar lokop atau karpet. Proses penjahitan pakaian
tradisional sangat gampang dan siapapun bisa jahit.
Makna
utama dari kedua pakaian tradisional ini adalah sebagai sibol laki – laki dan
wanita. Kedua adalah mengandung ekonomis dimana masyarakat Kabupaten Pegunungan
Bintang melakukan insiasi pendewasaan seorang laki- laki untuk masuk dalam
tahap pendewasaan. Ketiga mengenal diri bahwa saya adalah orang papua dan itu
sebagai aksesoris yang mengandung nilai yang sangat penting bagi seorang laki-
laki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Sesuai artikel yang anda sudah baca ....Admin Terimakasih atas anda bersedia membaca artikel IP_MAMI SULUT di Kota Studi Manado.